Pages

Best Entries in This Week

Thursday, October 28, 2010

Teladan Janji Marijan

GUNUNG Merapi kembali menunjukkan ativitasnya. Sedikitnya 25 orang dipastikan merenggang nyawa, termasuk sang juru kunci, Penewu Suraksohargo alias Mbah Maridjan. Kakek 83 tahun ini ditemukan tewas dengan posisi sujud setelah terkena guguran awan panas Merapi.

Sudah puluhan tahun Mbah Marijan menjaga salah satu gunung teraktif di dunia ini. Dia diberi amanah sebagai juru kunci oleh Sri Sultan Hamengkubuwono IX. Setiap Gunung Merapi akan meletus, warga setempat selalu menunggu komando dari beliau sebelum memutuskan mengungsi.

Mbah Marijan mulai menjabat sebagai wakil juru kunci pada 1970. Jabatan sebagai juru kunci mulai disandangnya sejak 1982. Dia selalu setia menjadi penjaga Merapi. Ayah dari Mbah Ajungan, Raden Ayu Surjuna, Raden Ayu Murjana, dan Raden Mas Kumambang ini adalah sosok loyal yang mampu menjaga kearifan lokal di sekitar lereng Merapi.


Saking loyal dengan amanat yang diembannya, Mbah Marijan tidak bersedia diungsikan ketika sirine berbunyi sebagai tanda gunung meletus. Dia tetap menjalankan amahnya menjaga Gunung Merapi.  Mbah Mardijan tetap bertahan dalam rumahnya di Dusun Kinahrejo, Desa Umbulharjo, Yogyakarta. Padahal keluarga dan warga sekitar mulai mengungsi ke tempat yang aman.

Sebelum ajal menjemput, Mbah Maridjan masih berdoa di masjid dekat rumahnya. Sejumlah relawan termasuk wartawan kemudian menjemput bintang iklan suplemen kesehatan itu untuk membujuk agar mau mengungsi. Namun, Tuhan berkata lain, belasan orang ditemukan tewas dalam kondisi dipenuhi abu vulkanik di sekitar kediamannya.

Bukan sikap keras melawan aktivitas Gunung Merapi yang menjadi pelajaran berharga bagi semua pihak. Namun loyalitas terhadap amanah menjaga gunung tersebut bisa dijadikan teladan bagi bangsa Indonesia, khususnya para pemimpin bangsa. Mbah Marijan membuktikan janjinya menjaga Merapi hingga akhir hayatnya.

Sikap Mbah Marijan sangat dibutuhkan bangsa ini. Para petinggi Merah Putih tentunya harus meneladani apa yang dilakukan Mbah Marijan. Pria kelahiran Sleman 1927 silam ini, tetap berpegang teguh dengan janji. Almarhum tidak terpengaruh dengan berbagai godaan yang mencoba menggoyahkan pendiriannya agar meninggalkan lereng Gunung Merapi.

Berbeda dengan para pemimpin bangsa ini. Saat berkampanye sebelum pemilihan umum, mereka sesumbar mengumbar janji yang manis kepada masyarakat. Janji kesejahteraan menjadi senjata ampuh selama kampanye. Buktinya baru satu persen.

Dalam pemberantasan korupsi misalnya. Indonesia masih jalan di tempat. Dengan IPK 2,8 tersebut, Indonesia berada di urutan 110 jauh di bawah negara Asia lainnya seperti Singapura (9.4), Brunei (5,5), Malaysia (4,4), dan Thailand (3,5). Bukti bahwa Indonesia masih menjadi negara terkorup di dunia. Bagaimana kinerja aparat penegak hukum di negeri ini. Mereka janji memberantas korupsi saat masih menjadi terkorup di dunia.

Paling dekat mengenai banjir dan kemacetan di Ibu Kota Jakarta. Kota kebanggaan bangsa Indonesia ini semakin curat marut. Dalam kampanye pemilihan kepala daerah silam, semua calon gubernur berjanji akan mengatasi kemacetan dan banjir di Jakarta. Sebaliknya, Jakarta semakin amburadul karena volume kendaran terus meningkat dan buruknya sistem drainase.

Secara keilmuan, sebagian besar pejabat negara di negeri ini kemungkinan lebih baik dibandingkan Mbah Marijan. Namun secara akhlak, mereka kalah dengan Mbah Marijan. Sang penjaga Merapi ini sudah membuktikan janjinya. Dia wafat saat menjalani amanah menjaga keindahan dan kearifan gunung tersebut.

Seharusnya, kepergian Mbah Marijan menjadi teladan bagi semua pemimpin bangsa. Buktikan semua janji yang pernah dikumandangkan kepada masyarakat.

Selamat jalan Mbah Marijan. Semoga loyalitas dan kepatuhanmu menjadi teladan bagi semua pemimpin di negeri ini.

Artikel Terkait:

No comments:

Post a Comment

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...